Pages - Menu

Rabu, 19 Desember 2012

Aku Bukan Cinderella


Hari ini adalah hari serba-serbi bagiku..pertama aku buat kesalahan yang tidak sengaja. Karena mengejar waktu akupun terburu-buru pergi ke surau, tapi yang malangnya tali tasku tersangkut di mobil senior ku. Aku pun menepuk jidatku sambil berkata” astaghfirullah mati aku, mobil ustadz ni pula lah tasku tersangkut”. Tapi setelah kulihat-lihat, Alhamdulillah tidak ada yang lecet sedikitpun.
Kejadian yang kedua dan yang sangat menyakitkan hati ini, setelah selesai dari sesi muhadharah pelajaran statistics kaki ku sakit karena sepatu yang ku pakai dan malangnya kakiku terseliuh di jalan. Dengan berat hati akhirnya sepatu itu kujinjing dengan tangan ku sampai rumah…Alhamdulillah tidak banyak orang yang lalu lalang. Kalau Cinderella sepatunya ketinggalan, nah kalau aku sepatu menjadi buah tanganku dalam perjalanan pulang. Jadilah aku pulang dengan kedua kaki yang berstocking. So aku bukan Cinderella dong…. J

Jumat, 14 Desember 2012

Baity Jannaty



Rumah bukanlah hanya sebagai tempat berteduh
 Di kala hujan maupun panas
Rumah adalah tempat labuhnya hati setiap anggota keluarga
Suasana dan kesan rumah
 Dapat mempengaruhi kejiwaan empunya
Watak dan kepribadian penghuninya
Mampu terbentuk secara perlahan-lahan
Akibat suasana yang terjadi di dalamnya



Dari Ku Untuk Mu




Jingga telah melambayung
Mengusir terik menguas peluh
Kembang telah mereka mekar
Cairkan salju dengan pesona
Gersang hati telah berakhir
Berganti tunas-tunas cinta
Wahai hamba Allah…
Kau hadir laksana hujan
Mengguyur basah tandus kasih
Tumbuhkan taman rindu di hati
Akankah ukiran namaku
Sanggup hiasi hatimu
Mungkinkah aku memilikinya
Pantaskah kerikil bersanding mutiara..
Ini kemustahilan….
Waktu terus berjalan bagaikan awan
Tak peduli dan tak pernah mau menunggu
Siapa pun yang ada di belakangnya
Hingga seorang penyair mengatakan
“Berhenti tidak ada tempat di jalan ini. “
Dan mengatakan….
“ Janganlah duduk berpangku tangan. “
Sambil berkata “ Zaman telah menggilasku”



Kamis, 13 Desember 2012

Mengenal Ahmadiyah


Lembar sejarah telah lama mencatat, hampir pada tiap generasi didapati orang-orang yang mengaku sebagai nabi. Kejadian tersebut tidak terjadi pada masa ini saja, bahkan di saat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup pun muncul seorang yang mengaku sebagai Nabi yang bernama Musailamah yang dijuluki Al-Kadzdzab (si pendusta) dari negeri Yamamah. Nabi palsu ini pun sempat menyusun ‘wahyu’ tandingan yang diakuinya sebagai wahyu dari Allah untuk menandingi Al-Qur’an yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang yang mengaku sebagai nabi telah bermunculan dan terus akan muncul sebagaimana telah dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Tidaklah hari kiamat ditegakkan, hingga keluar sekitar 30 para dajjal pendusta. Masing-masing mereka mengaku dirinya sebagai Rasul.” (HR Al-Bukhari no. 3340, Muslim no. 5205 dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu).
Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas telah terbukti sejak beliau masih hidup sampai masa kini. Di antara mereka adalah sosok yang bernama Mirza Ghulam Ahmad dengan sektenya yang diberi nama Jema’at Ahmadiyah.
Mereka mengatasnamakan Islam. Namun kenyataan yang ada begitu gencar serangan mereka terhadap agama Islam, baik di negeri kita maupun di negeri lainnya. Berbagai paham ‘nyeleneh’ dihembuskan kelompok ini di tengah kaum muslimin. Tak heran jika akhirnya kelompok ini difatwa kafir oleh para ulama dan dicap sebagai agama baru di luar Islam.

MENGENAL PENDIRI AGAMA AHMADIYAH
Agama ini didirikan oleh seorang yang bernama Mirza Ghulam Ahmad. Dia dilahirkan pada hari jum’at 13 Februari 1835 M/14 Syawwal 1250 H di desa Qodian, India. Kemudian mendirikan Ahmadiyah di Qodian pada tahun 1889 sejak mengaku telah berjumpa dengan Allah dan mendapatkan ‘wahyu’ palsu yang berbunyi: يَا أَحْمَدُ بَارَكَ الله فِيْكَ
“Wahai Ahmad!Allah telah memberi berkah kepadamu.” (Kitab ‘suci’ Ahmadiyah;
Tadzkiroh, 1907:43-70)
Kemudian setelah itu ia giat mengarang ayat-ayat palsu yang sebagian besarnya meniru ayat-ayat yang ada dalam kitab suci Al-Qur’an milik umat Islam. Ketika mengaku sebagai nabi, Allah ‘azza wa jalla timpakan bala’ kepadanya berupa berbagai penyakit menakutkan, seperti penyakit beser (terus-menerus kencing), lemah badan, Kolera yang menyebabkan orang ini mati, dan berbagai penyakit lainnya. Bahkan saking parahnya penyakit tersebut, dalam semalam ia bisa kencing sebanyak seratus kali. (Lihat Firoqun Mu’ashiroh, 2/494)
Berbagai penyakit tersebut menyebabkan ingatannya terganggu sampai pada tingkatan yang sangat parah. Bahkan menurut pengakuannya sendiri, berkali-kali ia berjumpa dengan seseorang namun ia selalu lupa dengan orang tersebut. (Lihat Al-Maktubat Al-Ahmadiyyah, 2/7)
Sebelum meninggal, penyakit kolera yang menjangkitinya menyebabkan mulutnya sering mengeluarkan benda-benda najis. Hingga pada akhirnya ia meninggal dunia pada tanggal 26 Mei 1908 di Lahore dalam keadaan terkapar di kamar mandi (WC) saat sedang buang hajat. Kemudian jenazahnya dikuburkan di Qodian, India. (Lihat Al-Qodiyaniyah 158, Khoshoishul Mushthofa 255)
Semasa hidupnya ia dikenal seorang yang memiliki akhlak jelek. Lisannya dikotori dengan perkataan yang tidak sepantasnya dilontarkan oleh seorang yang mengaku nabi, terkhusus terhadap orang-orang yang terang-terangan menyelisihi pendapatnya. Hal ini dibuktikan dengan pernyataannya terhadap para ulama yang selalu membimbing manusia di atas jalan yang lurus: “Tidak didapati di dunia ini sesuatu yang lebih najis dari babi. Tetapi para ulama yang menyelisihi pendapatku, mereka lebih najis dari babi-babi. Wahai para ulama, para pemakan bangkai yang memiliki roh yang najis!!” (Lihat Anjamu Atsim Lil Ghulam 21, Firoqun Mu’ashiroh 2/495)

WAHYU BARU VERSI AHMADIYAH
Para ulama sepakat -dari dulu hingga sekarang- bahwa siapa saja yang menambah-nambah atau mengurangi ayat dalam Al-Qur’an maka ia telah kafir keluar dari Islam. Karena Islam merupakan agama yang telah disempurnakan oleh Allah dengan berakhirnya kenabian hingga Nabi Muhammad. Allah ‘azza wa jalla berfirman (artinya):
“Pada hari ini telah Kusempurnakan bagi kalian agama kalian dan telah Kucukupkan bagi kalian nikmat-Ku dan telah Kuridhoi Islam itu sebagai Agama kalian.” (QS. Al-Maidah: 3)
Akan tetapi bagi kalangan Ahmadiyah, tidak cukup hanya menambah atau menguranginya saja, bahkan mereka memiliki kitab ‘suci’ sendiri yang mereka namakan dengan Tadzkiroh. Lengkapnya adalah Tadzkiroh Ya’ni Wahyun Muqoddasun Ru’ya Wa Kusyufa Hadhratu Masihu Mau’udu ‘Alaihissholatu Was Salam (Tadzkiroh, yaitu wahyu yang suci, mimpi dan kasyaf Hadhrat Mas Udinih yang di janjikan, sholawat dan salam atasnya)
Contoh ayat-ayat palsu yang ada dalam Tadzkiroh, kitab ‘suci’ versi mereka di antaranya adalah:
1. Dalam Tadzkiroh ayat 637, berbunyi:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قَريْباَ مِنَ الْقَادِيَانِ وَبِالْحَقِّ أَنْزَلْنَاهُ وَبِالْحَقِّ نَزَلَ

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya dekat dengan Qodian (India). Dengan kebenaran Kami menurunkannya dan dengan kebenaran Kami turunkan.”
2. Dalam Tadzkiroh hal. 436:

أَنْتَ مِنِّيْ بِمَنْزَلَةِ أَوْلاَدِيْ – أَنْتَ مِنِّيْ وَأَنَا مِنْكَ – عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ مَقَاماً مَحْمُوْدًا
“Engkau (Mirza Ghulam Ahmad) di sisi-Ku seperti kedudukan anak-anak-Ku. Engkau dari Aku dan Aku dari engkau. Mudah-mudahanAllah membangkitkan engkau pada tempat yang terpuji.” Dan berbagai ayat palsu lainnya dalam kitab Tadzkiroh yang ia karang menurut selera hawa nafsunya. Para pembaca, lihatlah! Ini merupakan kekufuran yang nyata. Jelas-jelas mereka berupaya keras membuat kitab suci tandingan yang berbeda dengan kitab suci umat Islam. Apakah masih kita menduga bahwa ini hanyalah perbedaan penafsiran semata atau ini hanya permasalahan khilafiyahyang tak perlu dipermasalahkan?! Hanya kepada Allah ‘azza wa jalla kita mengadu.
Sungguh, Rasulullah telah menyampaikan seluruh risalah yang diwahyukan kepadanya dan membimbing manusia dengan wahyu ilahi. Wahyu tersebut telah berakhir dan sempurna dengan wafatnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak ada sedikit pun problema umat, kecuali telah diterangkan oleh beliau. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya): “Sungguh kalian Aku tinggalkan dalam keadaan terang benderang (jelas), malamnya bagaikan siang hari. Tidak ada seorang pun yang menyelisihinya kecuali pasti ia akan binasa.” (HR. Ahmad no. 16519. Disahihkan oleh Al-Imam Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 937)

KENABIAN VERSI AHMADIYAH
Menurut Ahmadiyah, kenabian tetap berlangsung terus-menerus dan wahyu tetap turun hingga hari kiamat. Mereka menganggap bahwa Allah terus mengutus nabi setelah diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan lebih dari itu, mereka menganggap bahwa Mirza Ghulam Ahmad lebih utama dan lebih mulia dari seluruh Nabi ‘alaihimus salam. Hal ini sebagaimana diucapkan oleh khalifah ke-2 yang bernama Mirza Basyiruddin Mahmud. (Lihat Shohifatul Fadhl 14/291, Firoqun Mu’ashiroh 2/536)
Pembaca yang mulia, ketahuilah bahwa tidak ada satu pun ulama yang berakidah seperti akidah Ahmadiyah di atas. Karena Allah ‘azza wa jalla telah berfirman (artinya):
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kalian, tetapi ia adalah Rasulullah dan penutup para Nabi.” (QS. Al-Ahzab: 40)
Para ulama ahli tafsir bersepakat, bahwa kalimat: “Khotamun Nabiyyiin” pada ayat di atas maknanya adalah PENUTUP PARA NABI, sebagaimana yang dinyatakan oleh Al-Imam Al-Baghawi, Ath-Thabari, Asy-Syaukani, As-Sa’di dan ahli tafsir lainnya. Berkata Al-Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya: “Sungguh Allah telah mengabarkan dalam Al-Qur’an dan juga Rasulullah dalam hadits-haditsnya dengan gamblang bahwa tidak akan ada Nabi lagi yang di utus oleh Allah ‘azza wa jalla setelah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sungguh kalian telah mengetahui pula bahwa setiap orang yang mengaku berkedudukan seperti Nabi, maka dia adalah pendusta, dajjal, sesat dan menyesatkan.” (Tafsir Ibni Katsir, 3/599)
Oleh karena itu para ulama telah sepakat, bahwa siapapun yang mengaku sebagai nabi setelah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka ia telah KAFIR.

TEMPAT SUCI AGAMA AHMADIYAH
Selain Makkah dan Madinah, ternyata kaum Ahmadiyah memiliki tempat suci lainnya yang berbeda dengan kaum muslimin, yaitu Qodian yang terletak di India. Mereka meyakini bahwa yang dimaksud dengan Masjid Al-Aqsha yang merupakan salah satu tempat suci umat Islam adalah Masjid Qodian, India.
Selain itu, mereka mengerjakan haji Akbar bukan ke negeri Makkah, namun mereka melakukannya di Qodian, India. Oleh karena itulah, Mirza Ghulam Ahmad tidak pernah naik haji ke Makkah. Disebutkan dalam Shohifatul Fadhl Al-Qodiyaniyah:
“Berhaji ke Makkah tanpa melakukannya ke Qodian (India) adalah haji yang hampa, karena berhaji ke Makkah saat ini tidaklah mengantarkan kepada risalah haji tersebut dan tidak memenuhi tujuan haji.” (Al-Qodiyani Wal Qodiyaniyah. Lihat Firoqun Mu’ashiroh, 2/547)
Dan masih ada segudang keyakinan dan pendapat kufur lainnya yang tidak cukup untuk kami sebutkan pada tulisan singkat ini. Karena itu, kami menghimbau kaum muslimin dengan beberapa hal penting, antara lain:
1. Mengajak kaum Ahmadiyah untuk segera bertaubat kepada Allah ‘azza wa jalla dan kembali kepada akidah dan manhaj salafush shalih.
2. Mengajak seluruh kaum muslimin untuk mewaspadai gerakan Ahmadiyah serta gagasan-gagasannya. Salah satu usaha terpenting adalah dengan membentengi diri, keluarga, putra-putri, dan pendidikan mereka dengan akidah Islam yang murni, yakni akidah yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah (ajaran) Nabi sesuai dengan apa yang telah dipahami dan diyakini oleh generasi terbaik umat ini, yaitu para shahabat Nabi, tabi’in dan tabi’ut tabi’in.
3. Menghimbau kaum muslimin untuk menyikapi kaum Ahmadiyah dengan cara yang benar sesuai koridor tuntunan Al-Qur’an dan petunjuk Nabi serta para shahabatnya. Bukan dengan cara-cara anarkis. Hendaklah selalu berkoordinasi dengan pemerintah dan tidak bertindak sendiri-sendiri, karena akibatnya hanya akan merugikan Islam dan kaum muslimin.
4. Selalu berdo’a kepada Allah agar pemerintah Indonesia diberi taufik dan hidayah, serta kekuatan untuk berani melarang dan memberantas gerakan Ahmadiyyah dan seluruh gerakan serta aliran yang menyimpang dari Al-Qur`an dan As-Sunnah hingga ke akar-akarnya. Juga agar bisa melaksanakan Syari’at Islam sesuai dengan bimbingan Al-Qur`an dan Sunnah (ajaran) Rasulullah, serta Khulafa`ur Rasyidin. Amin.
Semoga Allah ‘azza wa jalla menyelamatkan diri kita, keluarga, dan seluruh ummat islam dari bahaya gerakan Ahmadiyah, Amin.
(sumber tulisan Buletin Islam Al-ILMU Edisi: 15 / IV / IX / 1432 )

Dinamika Kehidupan


Perbedaan/perselisihan sudah menjadi adat dalam kehidupan. Begitu banyak hal yang terjadi di kehidupan fatamorgana ini, sehingga tidak bisa dipungkiri perpecahan pun berlaku dimana saja. Ada beberapa faktor yang menyebabkan semuanya terjadi.
Syaikh Dr. Yusuf al-Qardhawy dalam bukunya mengupas mengenai terjadinya perselihan ini. Penyebabnya tak lain adalah :
Ø  Ghurur dengan diri dan kagum dengan pandangan pribadi.
Ø  Buruk sangka terhadap orang lain dan cepat menuduh tanpa bukti.
Ø  Cintakan diri dan mengeikut hawa nafsu. Antara kesannya ialah cenderung untuk menjadi ketua, menonjol diri atau mendapat pangkat kedudukan.
Ø  Ta’asub kepada pandangan individu, madzhab dan kumpulan tertentu.
Ø  ‘Asobiyyah kepada Negara, negri, partai, jama’ah atau pemimpin.

Inilah problematika kehidupan yang tidak bisa kita elakkan, kecuali kita benar-benar ingin mengubah persepsi dalam menangani permasalahan yang terjadi di persekitaran kita. Syaikh Yusuf al-Qardhawy memberikan solusi untuk mengantisipasi terjadinya perselisihan/perbedaan di tengah-tengah dinamika kehidupan.
Asas-asas akhlak dalam menangani perselisihan/perbedaan
1.      Ikhlas kepada Allah dan membersihkan diri daripada hawa nafsu
2.      Tidak ta’asub kepada individu, madzhab dan kumpulan.
*ta’asub kepada pendapat pribadi
*ta’asub kepada madzhab
*ta’asub dalam menentang madzhab dan imam
*akhlak yang membebaskan diri pada ta’asub
3.      Berbaik sangka dengan orang lain
4.      Tidak menyerang dan memburukkan pihak lawan
5.      Menjauhi perdebatan dan sikap keras dan pertelingkahan
6.      Dialog dengan cara yang terbaik




Syuhada'



Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada sayyidil anam, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.

Abu Qudamah al-Syami adalah seorang laki-laki yang Allah tanamkan kecintaan kepada jihad di jalan-Nya. Beberapa peperangan melawan Romawi telah ia ikuti. Keberanian dan kemahirannya dalam berperang tidaklah diragukan lagi.


Pada suatu hari Abu Qudamah duduk di masjid Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menceritakan sebagian kisah perangnya. Orang-orang yang duduk di majelisnya memintanya untuk menceritakan kisah paling menakjubkan yang pernah ia jumpai di medan jihad. Kemudian mulailah ia menceritakan kisah paling menyentuh dan menakjubkan yang pernah ia temui.


Pada suatu hari saat ia berangkat berjihad menghadapi tentara Romawi, ia melewati kota Raqqah di pinggiran sungai Farrat. Tujuannya ke sana untuk membeli beberapa ekor unta untuk berjihad.


Saat berada di Raqqah, ada seorang wanita mendatanginya. Wanita tadi mengabarkan, ia ingin bershadaqah dengan rambutnya untuk jihad fi sabilillah. Ia telah memotong rambutnya yang panjang, lalu ia keraskan dengan lumpur. Ia meminta Abu Qudamah untuk menerima rambutnya tersebut untuk digunakan sebagai cemeti dan tali kendali kuda para mujahid.


Wanita tadi memberitahukan, suaminya telah berjihad dan menemui kesyahidan. Anak-anaknya juga demikian, mereka berjihad dan telah menemui kesyahidan. Tidak tersisa dari anak laki-lakinya kecuali seorang remaja yang baru berumur 15 tahun. Walau umurnya masih kecil tapi ia rajin puasa dan shalat malam, hafal Al-Qur'an, ahli berkuda dan pandai berperang. Anak tersebut adalah remaja paling tampan dan paling shalih di antara anak remaja seumurannya.


Abu Qudamah menunggu kedatangan remaja tadi cukup lama, namun tak kunjung tiba. Lalu ia dan pasukannya meninggalkan kota Raqqah untuk berjihad melawan pasukan Romawi. Perjalanan tersebut memakan waktu berhari-hari. Di tengah perjalanan tersebut, pasukan bertemu dengan remaja yang diceritakan wantia tadi. Remaja mujahid tersebut berada di atas kudanya. Ia berbincang dengan Abu Qudamah. Mengenalkan diri, ia anak wanita yang telah ditemuinya. Ayah dan saudara-saudaranya telah lebih dulu berjumpa dengan Allah sebagai syuhada'. Ia sangat ingin mendapatkan kesyahidan sebagaimana mereka.


Sebenarnya Abu Qudamah ingin menolak anak tersebut karena usianya yang masih belia. Ia khawatir akan keselamatannya. Tapi anak tadi terus mendesak agar bisa ikut berjhad dengannya. Ia mengaku memahami trik perang Romawi dan pandai memanah, hafal Al-Qur'an, memahami sunnah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Ia menyampaikan ingin menjadi seorang syahid putra dari bapak yang syahid (Syahid bin Syahid).


Sang remaja mengabarkan kepada Abu Qudamah bahwa ibunya menitipkan dirinya kepadanya. Sang bunda memintanya agar bersungguh-sungguh mencari kesyahidan. Tidak boleh lari menghindar dari orang kafir dan kabur dari medan perang. Hendaknya ia menghibahkan dirinya kepada Allah dan memohon kepada-Nya supaya bisa berdampingan dengan ayahnya, saudara-saudara dan pamannya.


Abu Qudamah terenyuh dengan apa yang didengarnya. Ia meminta kepada sang anak untuk selalu bersamanya. Posisi pasukan mujahidin sudah mendekati pasukan Romawi saat matahari tenggelam. Saat itu pasukan mujahidin sedang berpuasa. Maka anak remaja yang pandai berkuda itu memasakkan makanan berbuka untuk mereka.


Setelah semua usai maka anak remaja tadi tidur sangat nyenyak. Abu Qudamah memandanginya. Tiba-tiba anak tersebut tertawa di tengah tidurnya. Abu Qudamah pun memanggil sehabat-sahabatnya untuk melihat anak yang tertidur sambil tertawa tadi karena terheran-terheran dengan pemandangan tersebut.


Saat anak remaja terbangun, Abu Qudamah dan para sahabatnya menanyakan perihal sebab tertawanya saat tidur. Ia memberitahu mereka, ia telah bermimpi dalam tidurnya sehingga membuatnya tertawa.


Ia menceritakan, telah bermimpi berada di taman yang hijau. Di tengah-tengahnya terdapat istana dari emas dan perak. Di dalam istana tersebut terdapat gadis-gadis cantik yang wajah mereka laksana bulan. Saat mereka melihatnya, mereka menghampirinya untuk menyambutnya. Lalu ia mengulurkan tangannya kepada salah seorang dari mereka. Namun mereka berkata kepadanya, "Jangan terburu-buru. Sesungguhnya kamu itu suami bagi wanita yang diridhai, ia berada di dalam istana."


Kemudian ia naik ke dalam istana, ia melihat gadis yang wajahnya laksana matahari. Kecantikannya membuat mata terbelalak dan kesemsem padanya. Gadis itu memberitahu, remaja itu untuk dirinya dan dirinya untuk remaja tersebut. Saat remaja tadi mengulurkan tangannya kepadanya, ia berkata padanya: "Jangan buru-buru. Waktu yang dijanjikan antara aku dan engkau adalah besok saat shalat Zuhur. Maka bergembiralah!"


Keesokan harinya, di pagi-pagi buta pasukan mujahidin bertemu dengan pasukan Romawi. Peperangan pun pecah. Romawi menggempur pasukan mujahidin. Remaja penunggang kuda bersama saudara-saudaranya dari kalangan mujahidin memberikan perlawanan yang tak kalah kuatnya. Khususnya remaja tersebut, ia berperang dengan penuh keberanian sampai berhasil membunuh cukup banyak dari pasukan lawan.


Peperangan berlangsung cukup lama. Jatuh korban dari dua pihak. Namun, peperangan berakhir dengan kemenangan kaum muslimin.


Abu Qadamah mulai mencari keberadaan remaja penunggang kuda. Saat ditemukan ia dalam kondisi terluka. Darah mengucur dari badannya. Sementara debu menutupi tubuhnya.


Saat menghampirinya, sang remaja menuturkan bahwa mimpinya benar-benar terbukti. Seorang bidadari yang ia lihat dalam mimpinya berdiri di sisi kepalanya menunggu ruhnya keluar.


Remaja tersebut meminta Abu Qudamah agar membawa bajunya yang berlumuran darah kepada ibunya. Supaya beliau tahu bahwa anaknya tidak menyia-nyiakan wasiatnya. Lalu ia mengucapkan dua kalimat syahadat dan ruhnya keluar. Ia berjumpa dengan Allah sebagai syahid. Para mujahidin mengafaninya dengan bajunya, lalu menguburkannya di tempatnya.


. . . sang remaja menuturkan bahwa mimpinya benar-benar terbukti. Seorang bidadari yang ia lihat dalam mimpinya berdiri di sisi kepalanya menunggu ruhnya keluar. . .


Abu Qudamah kembali ke Raqqah. Ia lewat di depan rumah wanita, ibu remaja syahid. Ia berjumpa dengan adik wanitanya yang berdiri di depan pintu rumahnya menanyakan kepada mujahidin yang baru datang tentang kabar saudaranya yang ikut berjihad. Kemudian Abu Qudamah minta izin untuk bisa berbicara dengan ibunya.


Sang ibu keluar. Saat melihat Abu Qudamah, ia berkata kepadanya: "Wahai Abu Qudamah, engkau datang untuk berbela sungkawa atau menyampaikan kabar gembira?"


Abu Qudamah menjawab, "Apa beda antara kabar gembira dan bela sungkawa?"


Wanita tersebut menjawab, "Jika anakku pulang bersama kalian dalam keadaan selamat berarti engkau sedang berbela sungkawa. Jika anakku terbunuh sebagai syahid fi sabilillah berarti engkau datang memberi kabar gembira."


Abu Qudamah berkata kepadanya, "Bergembiralah, sesungguhnya Allah telah menerima hadiahmu, anakmu telah berjumpa dengan Allah sebagai syahid."


Sang ibu sangat gembira dan berkata, "Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah Yang telah menjadikannya sebagai simpanan bagiku pada hari kiamat." Wallahu Ta'ala A'lam.


* Kisah antara Abu Qudamah dengan wanita yang jujur imannya dan sangat sabar ini terdapat dalam Kitab Masyari' al-Asywaq, Syaikh Ahmad bin Ibrahim bin al-Nuhhasal-Dimasyqi al-Dimyathi, gugur sebagai syahid pada tahun: 814 Hijriyah: I/258-290. Kisah ini juga disebutkan Imam Ahmad bin al-Jauzi al-Dimasyqi dalam kitabnya: Suuq al-'Arusy wa Uns al-Nufus.

Jumat, 07 Desember 2012

Cerpen : Rantaian Kasih


“ Nayra sini nak , bunda mau bicara” “ Iya bunda kenapa ?” sahutku menimpali bunda, “ besok ada orang kaya dari medan yang mau ambil Qalysa jadi anak angkatnya, nah sebenarnya ada orang kaya dari medan juga yang mau ambil Nay jadi anak angkat, tapi bunda rasa Nay pasti bakalan gak mau kan nak, mana lagi Nay gak bisa jauh dari bunda kan”  ujar bunda sambil tersenyum sembari mengusap kepalaku.
“bunda” panggilku dengan lembut pada wanita separuh baya yang telah merawatku sejak masih kanak-kanak sampai beranjak dewasa seperti sekarang, bunda yang sedang membersihkan rak sejenak berhenti dan menatapku dengan senyum penuh kasih sayangnya, senyuman yang selalu membuatku tenang melihatnya, “iya nak, kenapa nay?”  “bunda kalau Nay boleh tahu, emang kenapa bun kok orang tua Nay kirim kesini bun di rumah kasih melati ini?, tanyaku sambil memberanikan diri karena ingin tahuku yang selama ini aku pendam, “Nayra cuma mau tahu aja bunda siapa orang tua Nay” lanjutku sambil menatap bunda,  “Nayra sayang sini nak, nanti malam ya bunda ceritanya, lagi pula Nay juga bukan anak-anak lagi dan waktunya untuk lebih mengenal diri Nayra sendiri” “iya bunda makasih ya bunda sayang pelipur hati nay. hehehehe” sambil tersenyum ku peluk sosok wanita yang kini begitu berarti bagiku. “oh ya bunda, Nay mau sharing dikit ni bun, kalau Nay ingin lanjutin kuliah ke luar negeri, nah menurut bunda gimana?”, “emang mau kemana Nay lanjutnya, lah kok jauhnya sampe luar negeri segala?”, “Nay mau ke Istanbul itu lho bunda, di Turki, pingin ambil kesenian kan pingin jadi seniman, dan juga sama ingin ambil kaligrafi di sana plus napak tilas sejarah kekuasaan dinasti Turki Utsmani” jelasku pada bunda, “duh mau kuliah atau mau jalan-jalan ni…heehehehe” timpal bunda dan kami pun tertawa riang sambil bicara tentang Turki. “iya boleh nak bunda izinin kesana, bunda dukung juga kok anak bunda buat ngejar cita-cita nya,  asal pesan bunda, sholat lima waktunya jangan lalai dan yang gak kalah penting kudu tetap busana nya muslimah ya sayang” “siap bunda…….. dont worry.. hehehe” jawabku sambil mengangkat tangan hormat seperti hormat sang prajurit pada atasannya, bunda pun tersenyum melihat ulahku dan serta merta langsung memelukku dan aku pun memeluk bunda sambil berbisik lirih ditelinganya “nay sayang bunda.. J”.

Saat sedang cerita sama bunda tentang Turki dan perkuliahan, tiba – tiba Adinda datang lalu menghampiriku dan langsung duduk atas pangkuan ku, dia memang akrab dengan ku , Aku pun sudah menganggap dia sebagai adikku sendiri, karena kami para penghuni rumah kasih melati bunda ini sudah seperti kelurga sendiri. “Kak Nay, kenapa cih libut – libut ?” dengan suara cadelnya bertanya kepadaku. Usia Adinda masih empat tahun, dia begitu lucu bagiku, wajar cara bicaranya yang lucu juga wajahnya yang imut membuatku gemas saat berbicara dengannya. “Adinda.. kak Nay bentar lagi mau ikut test kuliah ke luar negeri nak” “emang luar negeri itu dimana bunda, dekat pasal apa dekat sungai” Tanya nya mencari tahu, aku dan bunda pun tertawa lucu mendengarnya,  “luar  negeri itu diluar Indonesia Dinda” jelasku singkat pada Adinda, “Jauh enggak bun ? Dinda enggak mau jauh ama kak Na “. Ucapnya sambil memamerkan wajah manyunnya. Dinda memang selalu memanggil ku dengan sebutan kak Na karena dia susah untuk menyebutkan Nay. “ Adinda sayang, kak Na cuma mau belajar kok disana,  bukan mu pergi ninggalin Dinda sayang”, dengan lembut ku cubit pipinya yang gembul itu, “ Kak Na jangan lupa tepon – tepon Dinda ya kalau dah kuliah dicana, janji ya kak, oke kak?”  sambil dia menjulurkan jari kelinking mungilnya itu. Akupun menjulurkan jari kelingkingku tanda deal sepakat, “iya kak na janji”.

Akhirnya hari yang di nanti pun tiba, hari dimana akan menjadi penentu apakah namaku tercantum dalam daftar penerima beasiswa untuk ke Istanbul atau tidak, yang mana itu artinya jika terdapat namaku dalam daftar penerima beasiswa maka aku pun akan berangkat ke Istanbul untuk merajut mimpi-mimpiku menjadi lebih indah lewat dunia study, atau jika tidak tercantum maka takdirku untuk tetap berada dibumi pertiwi. Alhamdulillah ternyata aku diterima dalam program beasiswa yang itu artinya mimpiku untuk ke Turki akan menjadi kenyataan, aku pun berulang kali mengucap hamdalah, hatiku terasa bahagia penuh syukur atas karunia ini, segera ku kabari bunda dan kami pun berpelukan bahagia mendengar berita ini.
Aku pun mempersiapkan segala hal  yang kubutuhkan, pun bunda membantu melipat baju-baju serta beberapa keperluan lainnya, karena bulan depan aku akan berangkat untuk menuju ke Negara impian ku tempat untuk meneruskan mimpi-mimpi yang pernah ku damba di masa-masa sekolah dulu.

Pesawat Garuda Indonesia Airlines pun mendarat dengan mulus di bandara Turki, tampak kemegahan yang luar biasa yang jauh berbeda dengan Soekarno-Hatta, dalam hatiku pun berdecak kagum bercampur bahagia telah tiba dengan selamat. Aku bersama beberapa mahasiswa dan mahasiswi lain segera menuju tempat kedatangan, dan tampak dari kejauhan beberapa orang yang berseragam rapi plus dengan dasi dan jas hitam yang terdapat lambang pin garuda di sebelah kiri jas, nah mereka perwakilan dari KBRI Turki yang memang hendak menjemput kami. “ Selamat datang para duta bangsa, semoga kalian berhasil mengharumkan nama tanah air kita tercinta dan sukses mengukir prestasi di bumi Turki Utsmani ini” sambut dari pihak KBRI dengan ramahnya, kami pun tersenyum bahagia merasakan kehangatan sambutan khas ini yang penuh dengan keramahan lagi santun, kami berucap terimakasih atas penyambutan ini dan selang beberapa saat kmudian kemudian beranjak meninggalkan bandara dengan bus mini KBRI.
Setelah dua hari aku telah berada di bumi Turki Utsmani, aku rasakan nuansa yang berbeda dengan tanah air, dan disini aku juga perlahan adaptasi dengan lingkungan ini, terlebih banyak juga kawan - kawan, ada yang dari Jawa, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, dan tempat lainnya. Aku pun merasa rindu sudah dengan bunda, lantas meminta pada kakak senior yang baru ku kenal, kak Delvi namanya untuk membantuku menghubungi buda, “Nay mau beli pulsa yang berapa dek?” Tanya kak Delvi padaku, “ yang sepuluh euro aja kak, biar lama telpon ama bunda, kan Nay kangen meskipun baru dua hari, heheh “ sahutku sambil tertawa lucu, tak seberapa lama kemudian kak Delvi datang menghampiriku dan memberiku account telpon via internet, dan aku pun segera duduk manis di depan layar monitor laptopku dan siap untuk melepas rindu dengan bunda, Tuuut tuuut tuut “ suara sambungan telp, “assalamualaikum” sahut suara di seberang sana, suara khas bunda yang sudah ku kenal “wa’alaikumsalam bundaaaaaaaaa ini nayraa” , kami pun bercerita panjang lebar hingga akhirnya tak terasa hampIr satu jam bercengkrama dengan bunda di telpon. Bahagianya hatiku mendengar suara wanita yang begitu aku sayangi.
Empat tahun kemudian….
Detik jarum jam terus bergulir mengitari angka-angka, pun begitu dengan hari, minggu, bulan, hingga tahun pun berganti, tanpa terasa sudah empat tahun lamanya aku berada di negeri penuh pesona ini. Hatiku kini terasa dag dig dug berdebar gak karuan karena sebentar lagi akan berjumpa dengan wajah wajah tercinta bunda dan adik yang telah lama hanya lewat foto ku tatap wajah mereka, pesawat yang ku tumpangi pun mendarat di bandara Polonia Medan,  setelah turun segera bergegas  aku menuju tempat pengambilan barang , dan setelah itu langsung menarik koper gelindingku menuju ke arah ruang tunggu, tampak sosok yang ku kenal, iyaa itu bunda itu bundaaaaaa aku pun berlari dan memanggilnya “bundaaaaa, bundaaaaaaa, adikkkk  adikk” “nayraaa, nayraaaa” kami pun bertemu dan aku langsung memeluk bunda dengan hangat, meluapkan segala rasa rindu yang selama ini hanya lewat foto dan telpon, “duh tambah cantiknya Nayra ni, “ , “ iya kak Nay tambah manis tambah cantik ya bunda, wah banyak yang suka ni” ujar adikku lucu,  aku pun tersipu malu sembari berujar “duh bunda ihhh bias aja, tetep kok bunda gak ada yang berubah,  cuma mungkin tambah gemuk dikit aja, hehehe…”, ada juga sosok dua orang lelaki, dan seorang wanita, akupun tersenyum pada mereka, salah seorang pemuda mengulurkan tangannya untuk bersalaman denganku, namun aku acuh, cuek seolah tidak tahu menahu, hihihihi. kami pun tersenyum dan tertawa riang dan segera menuju ke arah mobil  untuk pulang.
Didalam mobil aku duduk bersebelahan dengan pemuda yang tadi hendak menyalami ku, “boleh kenalan dek?” Tanya nya tiba-tiba padaku, “nama abang Ashraf” imbuhnya memperkenalkan diri, sejenak kupandangi dirinya yang kenakan seragam putih, ya aku rasa dia adalah seorang dokter, “ nama saya Nayra bang” “ salam kenal ya” jawabnya sambil tersenyum, “Ara study sampe Turki ambil konsentrasi jurusan apa di sana?” belum aku menjawab tentang yang ia tanyakan, aku menimpalinya dan berkata “ bukan Ara abang, tapi Nayra, bukan Ara”, ia pun kembali menjawab “tapi abang mau panggil Ara aja, hehehe”, “ iya bang terserah abang aja gimana enaknya Nay ambil konsentrasi study Art bang di Istanbul Turki”, ia pun kembali menjawab “wah luar biasa ya, seorang seniman yang shalihah” sambil tersenyum ujarnya. Aku yang kantuk pun hanya tersenyum tipis, hingga akhirnya tanpa kuat lagi menahan kantuk, aku pun terlelap tanpa mampu kuhindarkan lagi kepalaku bertopang pada pundak pemuda disebelahku ini.
Kepalaku masih agak terasa pusing, namun sudah lebih reda dan lebih ringan, namun aku heran sebangun tidur, karena ku tatap disekelilingku, ini bukan kamarku, karena kamarku bukanlah begini, aku pun mengenakan jilbab ku, lalu keluar ke arah ruang depan yang tampak ada suara bunda dan adik serta beberapa yang lain, “bunda tadi Nay lelah jadi tertidur, bunda  ini dimana?” tanyaku penuh keheranan,  bunda pun tampak tersenyum, seolah sedang sambil bekata sampaikan sesuatu padaku. “Nayra sayang, ini rumah orang tua Nay nak, ini papa dan mama Nay dan juga bang Ashraf itu abang Nay “ jawab bunda sambil sedikit terharu sambil masih tersungging senyum di bibirnya, aku masih heran belum mengerti, bunda pun menjelaskan perlahan padaku bahwa dua orang lelaki dan seorang wanita yang turut menjemput di bandara tidak lain dan tidak bukan adalah keluarga kandungku, aku pun terharu, serta merta ku peluk sosok yang tak lain adalah papa dan mama kandungku, aku pun bahagia sambil terharu dipelukan mereka. “ Ara sudah lama mama merindukan Ara”, wanita yang tidak lain adalah mamaku memelukku penuh kehangatan dan berulang kali mencium pipi dan keningku,”iya mama, akhirnya Nay dapatkan keluarga Nay” ujarku masih dengan terharu. Terlihat bunda sambil meneteskan air mata karena bahagia atas pertemuanku dengan keluargaku. Setelah bercerita panjang lebar termasuk tentang dititipkan dan di asuh oleh bunda, aku pun kini mengerti kisahku.
“Nay, bunda mau balik ya ke rumah kasih, masih ada keperluan yang perlu bunda urusin,” “duh bunda kenapa buru-buru?”  ujarku memanja karena masih ingin ditemani bunda, bunda pun terseyum dan aku pun memeluknya erat karena bagaimana pun bunda adalah sosok wanita yang penuh arti bagiku, “bunda, nanti Nay akan main-main kesana ya, Nay pasti kangen bunda dan adik manis lucu ini di rumah kasih” ujarku sambil tersenyum sambil ku cubit pipi adik yang lucu, “iya kak Nay jangan lupa yah main ke rumah kasih, entar bawa oleh-oleh ya” ujarnya lucu, dan kami pun menimpalinya dengan gelak tawa. Bunda pun pergi diantar oleh supir. Aku pun menikmati kebersamaan dengan keluarga ku yang telah sekian lama berpisah dan baru ku jumpai saat ini, “Ara” sahut papa padaku sambil tersenyum, “iya pa, papa senyum-senyum kenapa ni? ” tanyaku mencari tau, “papa ada sesuatu buat Ara” sambil tersenyum papa menatapku, “wah papa emang apa sih kok pake rahasia segala”, papa pun mengambil sebuah kunci dengan gantungan hello kitty lalu lantas berkata : ini buat Ara sayang” “duh papa ini kunci apa emangnya, Nay masih heran pa?” tanyaku masih diliputi kebingungan, “ini kunci ruang galeri seni sayang yang papa dan mama buat khusus sebagai hadiah buat Ara” sambil tersenyum riang aku pun memeluk papa, mama dan abang, “papa, mama, abang, makasih ya atas semua ini” kami pun tenggelam dalam hangatnya cinta kasih keluarga, dalam hati aku bersyukur atas segala karunia ini, sembari kutanamkan tekad dalam hati dan berkata dalam hatiku “lewat galeri seni ini nanti, akan ku telurkan karya seni yang menjadi kebangggaan bagi papa, mama dan abang”.. “aku begitu mencintai kalian….” Kami pun menikmati hangatnya keakraban cinta kasih keluarga ini.
TAMAT.

Kepanjangan dari Namaku


Hidup adalah suatu perjuangan
Ikhtiar sebagai modal dalam berkembara
Doa yang menjadikan ia pelengkap saat melangkah
Allahlah alasan ku tuk bertahan di medan juang ini
Yakin dan istiqomah menjadi sahabat ku
Agar aku tidak mundur dan jatuh ke jurang kegagalan
Titian demi titian kuterjang, kulewati
Untuk mendaki ke puncak yang lebih tinggi
Naluriku berkata, aku pasti bisa
Nikmat perjuangan sedang ku kecapi
Imanlah yang buat lezat lalui kehidupan ini
Sabar adalah bumbu-bumbu perjuangan
Allah tujuan hidupku





Puisi : Saat Fajar Menyapa


Saat fajar belajar  merangkak  dari ufuk nya
Burung – burung bernyanyi merdu  menyambut sang fajar
Ku sapa  embun pagi yang menyinggahi dedaunan
Bersama semerbak wangi  bunga yang elok bermekaran
Sekejap ku sadari, bahwa semua tiada tanpa kehendaknya
Indah yang tercipta, adalah seni terbaik darinya
Ia berikan semua yang terindah untuk kita
Insan yang paling sempurna 

Puisi: Sebuah Janji Untuk Sahabat

 Akhirnya...
Tibalah saat perpisahan
Berderailah tetesan bening itu...
Namun tetap menyisakan kenangan indah di hati...
Wallahi!!! 
Aku tak akan lupakan kalian
Suatu saat kita pasti akan bertemu kembali...
Apabila ada kesempatan
Meski harus ke ujung dunia sekalipun...
Hati-hatilah kawan, jangan sampai katakan
"Kita telah berpisah dan tak akan bertemu kembali"
Sesungguhnya kita masih bersaudara
dan masih akan saling menyayangi
Meski telah berpisah...
Selamat tinggal...
Sampai jumpa kawan...
Di atas kejernihan kita akan bertemu
Di dalam ukhuwah yang dilandasi rasa cinta
Cinta yang mendamaikan serta memenuhi hati
dan suatu saat nanti,
Kita akan menuju ke tempat yang tinggi...
Di tempat yang abadi, yaitu Syurga yang hakiki....